-->

Thursday, September 27, 2018

NU dan Muhammadiyah ialah organisasi Islam di Indonesia yang mempunyai pengikut sangat banyak. Namun tak hanya itu, kedua organisasi Islam terbesar di Indonesia inipun memiliki pengaruh yang luar biasa pada negara. Pengaruh tersebut mencakup nyaris semua aspek, baik ekonomi, politik, sosial budaya, maupun agama dan sebagainya. NU ialah singkatan dari Nahdlatul ‘Ulama yang berarti kebangkitan ‘ulama atau kebangkitan cendekiawan Islam. Organisasi ini berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 yang diprakarsai oleh KH Hasyim Asy’ari. Sedangkan Muhammadiyah diambil dari nama Rasulullah saw - Muhammad - yang berarti orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Muhammadiyah berdiri pada tanggal 18 November 1912 atas prakarsa KH. Ahmad Dahlan.

Secara historis, kedua pendiri organisasi Islam tersebut—KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari—sama-sama tamatan Arab Saudi. Sepulang dari Arab Saudi, beliau berdua bersepakat akan memberi kontribusi untuk agama, nusa dan bangsa yaitu melandasi putra putri bangsa Indonesia dengan pendidikian dan agama. Keduanya memakai cara berbeda dalam urusan syiar sebab mereka berasal dari wilayah dengan tradisi yang berbeda. KH Ahmad Dahlan berasal dari wilayah perkotaan dan memilih teknik syiar dengan edukasi perkotaan sementara KH Hasyim Asy’ari yang berasal dari Jombang memilih metode edukasi pesantren sebagai teknik dakwahnya.
]

Perbedaan NU dan Muhammadiiyah


Di atas tadi adalah sepenggal sejarah serta perbedaan antara NU dan Muhammadiyah yang sangat mendasar disamping perbedaan-perbedaan lainnya.

Lalu bagaimana dengan Perbedaan NU dan Muhammadiiyah?

Baca terus tulisan yang saya ambil dari situs resemi NU www.nu.or.id di bawah ini sampai selesai agar tak gagal paham :)


Di emperan masjid selepas sembahyang Maghrib, Julkipli menghampiri teman ngopinya, Durakim. Belum sempurna Durakim menyandarkan punggung ke tembok, pertanyaan berat disodorkan kepada dirinya.

"Dur, bagaimana pandangan Islam tentang Indonesia yang memilih bentuk negara Pancasila, bukan negara Islam?"

"Menurut siapa dulu: NU atau Muhammadiyah?"

"NU, deh."

"Hukumnya boleh. Karena bentuk negara itu hanya wasilah, perantara. Bukan ghayah, tujuan."

"Kalau menurut Muhammadiyah?"

"Sama."

Julkipli melempar pertanyaan berikutnya, "Kalau melawan Pancasila, boleh tidak? Kan bukan Al-Qur'an?"

"Menurut NU atau Muhammadiyah?"

"Muhammadiyah, coba."

"Tidak boleh. Pancasila itu bagian dari kesepakatan, perjanjian. Islam mengecam keras perusak janji," jawab Durakim.

"Kalau menurut NU?"

"Sama."

Sampai di sini, Julkipli mulai jengkel. Ia merasa dikerjain Durakim. Jawaban menurut NU dan Muhammadiuah kok selalu 'sama'. Asem betul kawan satu ini.

"Kamu gimana sih, Dur. Kalau memang pandangan NU dan Muhammadiyah sama, ngapain kamu suruh aku milih 'menurut NU atau Muhammadiyah'?"

"Ya... kita harus dudukkan perkara pemikiran organisasi para ulama itu dengan benar, Jul. Nggak boleh serampangan."

"Serampangan bagaimana?" sahut Julkipli.

"Kalau Muhammadiyah itu kan ajarannya memang merujuk ke Rasulullah." Durakim membetulkan kopiahnya

"Lha, kalau NU?"

"Sama."




Postingan ini memiliki 0 Comments

Berkomentarlah dengan bijak!!
EmoticonEmoticon

Artikel Selanjutnya Artikel Selanjutnya
Artikel Sebelumnya Artikel Sebelumnya